Hsi Belajar Tauhid 24 - Menyandarkan Nikmat kepada Allah Subhanahuwata'ala

Alhamdulillah. Washolatu wasalamu 'ala rosulillaah. Wa'ala alihi washohbihi ajma'in.

*Hsi Belajar Tauhid 24 - Menyandarkan Nikmat kepada Allah Subhanahuwata'ala*

Kamis, 04/10/2018
Termasuk keyakinan yg harus diyakini dan diingat oleh setiap muslim bahwa kenikmatan dengan segala jenisnya adalah dari Allah Subhanahuwata'ala.

Allah Subhanahuwata'ala berfirman:
{وَمَا بِكُم مِّن نِّعْمَةٍ فَمِنَ اللَّهِ ۖ َ} [النحل : 53]
Artinya:
_"Kenikmatan apa saja yg kalian dapatkan maka asalnya dari Allah." [QS: An-Nahl:53]_

Adalah termasuk sirik kecil apabila seseorang mendapatkan sebuah kenikmatan dari Allah Subhanahuwata'ala kemudian menyandarkan kenikmatan tsb kepada selain Allah Subhanahuwata'ala.
Misalnya:
_Seperti ungkapan, kalau pilot tidak mahir niscaya kita sudah celaka atau kalau tidak ada Angsa niscaya uang kita sudah dicuri atau kalau bukan karena dokter niscaya saya tidak sembuh atau lainnya._

Ini semua contoh bentuk menyandarkan kenikmatan kepada sebab.

Allah Subhanahuwata'ala berfirman:
{يَعْرِفُونَ نِعْمَتَ اللَّهِ ثُمَّ يُنكِرُونَهَا...َ} [النحل : 83]

Artinya:
_"Mereka mengenal nikmat Allah kemudian mereka mengingkarinya..." [QS. An-Nahl:83]_

Seharusnya kenikmatan tsb disandarkan kepada Allah Subhanahuwata'ala sebagai Zat yg menciptakan sebab. Yg seharusnya dikatakan adalah:
_kalau bukan karena Allah niscaya kita sudah celaka atau kalau bukan karena Allah niscaya uang kita sudah hilang atau kalau bukan karena Allah niscaya saya tidak akan sembuh atau lainnya._

Yg demikian karena Allah lah yg memberikan nikmat keselamatan, nikmat keamanan, nikmat kesembuhan dan sebagainya.
Sedangkan mahluk hanyalah sebagai alat sampainya kenikmatan tersebut kepada kita.

Kalau Allah Subhanahuwata'ala menghendaki niscaya Allah tidak akan menggerakkan mahluk-mahluk tersebut utk menolong kita.

Ini semua bukan berarti seorang muslim tidak boleh berterima kasih kepada orang lain.
Seorang muslim diperintah utk mengucapkan syukur dan berterimakasih kepada seseorang yg berbuat baik kepadanya, karena mereka telah menjadi sebab kenikmatan tsb. Bahkan diperintahkan pula utk membalas kebaikan tsb dengan kebaikan atau dgn doa yg baik.

Namun ujian dan penyandaran kebaikan hanya kepada Allah Subhanahuwata'ala semata. 

Wallahu'alam.

Wassalaamu'alaikum warohmatulloohi wabarokaatuh.

DR. Abdullah Roy.
Di kota Al-Madinah.

Komentar