Tadabbur Ayat Al-Quran Al-Ahqaf: 29-32 Bagian Kedua

 🌐 WAG Dirosah Islamiyah
Dewan Fatwa Perhimpunan Al-Irsyad

▪🗓 SABTU
| 12 Ramadhan 1442 H
| 24 April 2021 M

🎙 Oleh: Ustadz Nafi' Zainuddin, Lc., M.H.I. حفظه الله تعالى
📕 Kajian Tematik Ramadhan 1442H

🔈 Audio ke-12
📖 Tadabbur Ayat Al-Quran Al-Ahqaf: 29-32 Bagian Kedua

~•~•~•~•~

بسم الله الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
إن الحمد لله نحمده ونستعينه ونستغفره, ونعوذ بالله من شرور أنفسنا وسيئات أعمالنا من يهده الله فلا مضل له, ومن يضلله فلا هادي له, وأشهد ألا إله إلا الله وحده لا شريك له, وأشهد أن محمدا عبده ورسوله و صلاة و السلام على رسوله  وعلى آله وأصحابه ومن تبع بهداه إلى يوم نلقاه

Kali ini mari kita membaca surat Al-Ahqāf ayat 29 hingga 32.

وَلَّوۡاْ إِلَىٰ قَوۡمِهِم مُّنذِرِينَ

Setelah selesai فَلَمَّا قُضِيَ, maka mereka langsung mengambil manfaat itu. Mereka menjadi makhluk-makhluk yang beriman, kemudian mereka menjalankan tugas. Dalam hal ini mereka membantu Rasulullah shallallahu 'alayhi wa sallam sebagaimana yang dikatakan oleh Al-Mufassir.

Dakwah Al-Islam mengenai alam mereka, sebagaimana tadi ditegaskan bahwa keduanya (jin dan manusia) diciptakan untuk beribadah kepada Allāh.

Bulan Al-Qur'an adalah bulan ibadah, di antara ibadahnya adalah Qira Al-Qur'an juga إنصت (mendengar dan memperhatikan) apa yang ada di dalam Al-Qur'an.  

Kita selesai dari bulan Ramadhan, maka ada perubahan di dalam diri kita menjadi lebih baik. Alhamdulillah dengan karunia Ramadhan, Allāh memberikan rahmat kepada kita, untuk kita banyak tadabbur terhadap ayat-ayat Allāh Subhānahu wa Ta’āla.


وَلَّوۡاْ إِلَىٰ قَوۡمِهِم مُّنذِرِينَ

“Mereka sampai di dalam kondisi tersebut, karena mereka meresapi.”

Begitulah para sahabat, seorang sahabat yang bernama Zubair Ibnu Mudhaim ketika beliau mendengar ayat Allāh Subhānahu wa Ta’āla, beliau mengatakan, "Hatiku seperti mau terbang".

Dikisahkan bahwasanya sahabat Ibnu Umar radhiyallāhu ta’ala 'anhu ketika beliau shalat dan membaca ayat Al-Qur'an. Tidak melewati ayat tentang jannah,  kecuali berhenti dan meminta surga Allāh Subhānahu wa Ta’āla. Tidak melewati satu ayat tentang neraka, kecuali meminta perlindungan dari neraka kepada Allāh Subhānahu wa Ta’āla.

Demikian pula Aisyah radhiyallāhu 'anhaa mengisahkan, bahwasanya ayahnya Abu Bakar Ash-Shiddiq radhiyallāhu 'anhu, yang selalu menangis dengan Al-Qur'an.

Begitulah sikap yang perlu kita tumbuhkan dalam diri kita terhadap Al-Qur'an Al-Karim.  

Membaca adalah fadhilah, menghapal adalah fadhilah, untuk sampai kepada maksud hidayah, maka ditambahkan dari bacaan dan hapalan itu pemahaman agar kita bisa melaksanakan hukum-hukumnya.

Ada bacaan, qira'ah terhadap ayat-ayatnya, tilawahnya, ada qira'ah terhadap ahkamnya yaitu hukum-hukumnya.


فَلَمَّا قُضِيَ وَلَّوۡاْ إِلَىٰ قَوۡمِهِم مُّنذِرِينَ

Mereka paham bahwa kitab-kitab samawi yang telah diturunkan sebelumnya, ditutup dengan Al-Qur'an Al-Karim.


Mereka mengatakan:

سَمِعۡنَا كِتَٰبًا أُنزِلَ مِنۢ بَعۡدِ مُوسَىٰ

Yaitu kitab yang diturunkan setelah Musa alayhishalaatu wa sallam, sama seperti ketika Rasulullah shallallahu 'alayhi wa sallam datang kepada Waraqah Ibnu Naufal seorang penginjil sebelum kedatangan Islam, bersama Khadijah radhiyallahu 'anhaa.


Kemudian Waraqah mengatakan:

هذا الناموس الذي أنزل الله على موسى

"Ini adalah naamus (الناموس) yang membawa berita rahasia (wahyu Allāh) yaitu malaikat Jibril yang turun kepadamu, sebagaimana telah turun kepada Musa alayhishalatu wa sallam.”


Itulah persaksian di kaum jin dan mereka mengetahui berita-berita tentang syari'at tersebut sebagaimana telah ada di dalam dakwah sebelum itu. Maka di dalam Al-Qur'an Al-Karim disebutkan:


مُوسَىٰ مُصَدِّقًۭا لِّمَا بَيْنَ يَدَيْهِ يَهْدِىٓ إِلَى ٱلْحَقِّ وَإِلَىٰ طَرِيقٍۢ مُّسْتَقِيمٍۢ

√ Isi dari wahyu Allāh adalah ٱلْحَقِّ.
√ Isi dari wahyu Allāh adalah jalan yang lurus (طَرِيقٍۢ مُّسْتَقِيمٍۢ).

Maka mereka mengajak untuk ijabah terhadap dakwah dengan berbagai sebab, tetapi yang paling penting adalah bagaimana kita mengijabah dakwah.


Ada orang yang mendapatkan ijabah (diberikan petunjuk oleh Allāh) melalui saudaranya atau sahabatnya, sebagaimana jin sendiri, sebagian dari mereka langsung mendapatkan petunjuk dari Rasulullah shallallahu 'alayhi wa sallam. Sebagian dari mereka mendengar dari para مُّنذِرِينَ yang pulang untuk memberikan  إنْذَار (peringatan).


Dan isi daripada إنْذَار (peringatan) itu adalah :

يَٰقَوۡمَنَآ أَجِيبُواْ دَاعِيَ ٱللَّهِ وَءَامِنُواْ بِهِۦ يَغۡفِرۡ لَكُم مِّن ذُنُوبِكُمۡ وَيُجِرۡكُم مِّنۡ عَذَابٍ أَلِيمٖ

Untuk mendapatkan maghfirah, untuk selamat dari An-Nar (neraka), tidak ada jalan lain kecuali طَرِيقٍۢ مُّسْتَقِيمٍۢ  dan kecuali ٱلْحَقِّ, kecuali Ash-Shirat Al-Mustaqīm  yang kita minta di setiap shalat kita,


ٱهۡدِنَا ٱلصِّرَٰطَ ٱلۡمُسۡتَقِيمَ

"Tunjukilah kami jalan yang lurus.” [QS Al-Fatiha : 6]

Kita meminta agar kita mendapatkan pengukuhan, agar Allāh tetapkan di dalam hati kita.


يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوبِ ثَبِّتْ قَلْبِى عَلَى دِينِكَ

 “Wahai Dzat yang Maha membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku di atas agama-Mu.”


(HR At-Tirmidzi no. 3522, Imam Ahmad IV/302, Al-Hakim I/525. Lihat Shahih Sunan At-Tirmidzi no. 2792).


Agama Allāh mendapatkan tantangan di setiap waktu yang berbeda-beda, tetapi Dia-lah ٱلْحَقِّ yang sampai akhir akan tetap sebagai ٱلْحَقِّ. Yaitu jalan para nabi jalan para syuhada, jalan para shalihin,  jalan para shidiqin.

Jalan yang telah ditempuh oleh orang-orang yang terbaik. Jalan yang diikuti oleh makhluk-makhluk yang baik, tidak hanya di kalangan manusia tetapi juga di kalangan jin.

Sampai pada poin tersebut, karena mereka memang mendengarkan Al-Qur'an,  إنصت terhadap Al-Qur’an, kemudian mendapatkan karunia (petunjuk) dari Allāh Subhānahu wa Ta’āla.


Demikian, semoga Allāh Subhānahu wa Ta’āla  memberikan manfaat.

سبحانك اللهم وبحمدك أشهد إن لا إله إلا أنت استغفرك وأتوب إليك
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

•┈┈┈•◈◉◉◈•┈┈┈•

Komentar