Tadabbur Ayat Al-Quran Al-Anfal: 11 Bagian Keempat

 🌐 WAG Dirosah Islamiyah
Dewan Fatwa Perhimpunan Al-Irsyad

▪🗓 JUM’AT
| 18 Ramadhan 1442 H
| 30 April 2021 M

🎙 Oleh: Ustadz Dr. Musyaffa' Addariny, Lc., M.A. حفظه الله تعالى
📕 Kajian Tematik Ramadhan 1442H

🔈 Audio ke-17
📖 Tadabbur Ayat Al-Quran Al-Anfal: 11 Bagian Keempat

~•~•~•~•~

بسم الله الرحمن الرحيم
 السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
إنَّ الـحَمْدَ لِلّهِ نَـحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَن لاَّ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُـحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُه.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ, أَمَّا بَعْدُ
فَأِنّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ، وَخَيْرَ الْهَدْىِ هَدْىُ مُحَمّدٍ صَلّى الله عَلَيْهِ وَسَلّمَ، وَشَرّ اْلأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا، فَأِنّ وَكُلّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةً، وَكُلّ ضَلاَلَةِ فِي النّارِ.

Jama'ah kaum muslimin dan kaum muslimat yang semoga dimuliakan dan dirahmati oleh Allāh Subhanahu Wa Ta'ala. Alhamdulillah pada kesempatan yang baik ini kita bisa bertemu dalam acara ini.

Acara yang mengajak kita semuanya untuk merenungi firman-firman Allāh Subhanahu Wa Ta'ala. Perkataan yang paling mulia, perkataan yang paling benar, perkataan yang tidak mungkin bengkok sedikitpun, tidak mungkin ada penyimpangan sedikitpun.

Dan pada kesempatan kali ini kita akan membahas ayat yang ke-11 dari Surat Al-Anfal. Ayat tersebut berbunyi:

إِذْ يُغَشِّيكُمُ ٱلنُّعَاسَ أَمَنَةً مِّنْهُ وَيُنَزِّلُ عَلَيْكُم مِّنَ ٱلسَّمَآءِ مَآءً لِّيُطَهِّرَكُم بِهِۦ وَيُذْهِبَ عَنكُمْ رِجْزَ ٱلشَّيْطَٰنِ وَلِيَرْبِطَ عَلَىٰ قُلُوبِكُمْ وَيُثَبِّتَ بِهِ ٱلْأَقْدَامَ

Yang artinya: “Ingatlah ketika Allāh Subhanahu Wa Ta'ala menjadikan kalian mengantuk, untuk memberikan ketentraman dari Allāh Subhanahu Wa Ta'ala. Dan ingatlah juga ketika Allāh Subhanahu Wa Ta'ala menurunkan air hujan dari langit kepada kalian, untuk mensucikan kalian dengan hujan tersebut dan untuk menghilangkan gangguan-gangguan syaitan dari diri kalian dan untuk menguatkan hati kalian serta memantapkan langkah kaki kalian.”

Jama'ah kaum muslimin dan kaum muslimat yang semoga dimuliakan dan dirahmati oleh Allāh Subhanahu Wa Ta'ala. Pelajaran yang bisa kita ambil dari ayat ini sangat banyak sekali.

6. Pelajaran yang ke-6 yang bisa kita ambil dari ayat ini adalah bahwa sesuatu yang sama bisa Allāh jadikan nikmat bagi sebagian hamba-Nya dan Allāh jadikan musibah bagi sebagian hamba yang lain.

Di dalam ayat ini Allāh katakan hujan. Bahwa dengan hujan akhirnya kaum muslimin hatinya menjadi bersih dari was-was syaitan, dengan hujan tersebut akhirnya kaum muslimin bisa membersihkan diri mereka, dengan hujan tersebut akhirnya hati kaum muslimin menjadi teguh kembali.

Hujan tersebut ternyata berefek buruk kepada kaum musyrikin ketika itu. Kaum musyrikin ketika itu, diceritakan dalam buku sejarah, buku Sirah Nabawiyah.

Karena hujan yang sangat lebat kepada mereka, akhirnya mereka menghentikan langkahnya. Mereka tidak bisa maju di malam Perang Badar itu. Posisi mereka sudah bagus tetapi mereka sebenarnya ingin ke tempat lain tapi dihalau oleh hujan yang sangat deras tersebut.

Dan hujan tersebut menjadikan mereka kesulitan untuk melangkah. Padahal hujan tersebut di satu sisi sangat memberikan manfaat kepada kaum muslimin. Allāh Maha Berkuasa atas segala sesuatu.

Makanya kalau kita misalnya melihat sesuatu yang buruk, coba lihat dari sisi yang lain, di sana ada sisi kebaikan. Wabah misalnya, atau tha’un. Tha’un itu ketika menimpa kaum muslimin maka menjadi rahmat bagi kaum muslimin.

Tapi kalau menimpa ke orang-orang yang bermaksiat kepada Allāh Subhanahu Wa Ta'ala, orang-orang yang membangkang perintah perintah Allāh Subhanahu Wa Ta'ala jadi adzab bagi mereka.

Wabah corona yang kita alami saat ini sudah menyebar di mana-mana. Ini juga demikian kalau menimpa orang yang baik orang yang taat maka dia menjadi rahmat. Tapi kalau menimpa orang-orang yang kafir (di luar Islam), orang-orang yang membangkang perintah-perintah Allāh Subhanahu Wa Ta'ala jadi adzab.

7. Pelajaran yang berikutnya yang bisa kita ambil dari ayat ini pelajaran ke-7. Kita sangat membutuhkan keteguhan untuk melawan musuh. Keteguhan hati ini sangat penting untuk melawan musuh-musuh kita, melawan syaitan, musuh dari bangsa jin dan bangsa manusia. Itu membutuhkan keteguhan.

Makanya Allāh Subhanahu Wa Ta'ala di dalam ayat tersebut di antara fungsi hujan,

وَلِيَرْبِطَ عَلَىٰ قُلُوبِكُمْ

Agar Allāh Subhanahu Wa Ta'ala meneguhkan hati kalian.

Kenapa hatinya teguh? Karena was-was syaitan yang tadi hilang. Akhirnya kaum muslimin menjadi mantap kembali untuk berperang melawan musuh-musuh Allāh Subhanahu Wa Ta'ala.

Asalnya kaum muslimin diberikan was-was oleh syaitan, “Allāh itu tidak sayang kepada kalian makanya Allāh menelantarkan kalian, Allāh akhirnya menjadikan kalian kehausan, tempat kalian juga kurang baik”. Ada was-was seperti itu.

Allāh turunkan hujan, yang menunjukkan bahwa Allāh sangat memperhatikan kaum muslimin. Makanya di situlah was-was tersebut menjadi hilang, akhirnya hati kaum muslimin menjadi bersih kembali. Benar-benar husnudzonnya kepada Allāh Subhanahu Wa Ta'ala.

Kalau hati menjadi mantap (teguh) maka langkah pun menjadi teguh. Langkah untuk melawan musuh-musuh Allāh Subhanahu Wa Ta'ala menjadi kuat kembali.

Ini menunjukkan bahwa keteguhan hati ini sangat kita butuhkan, agar kita bisa memenangkan pertempuran melawan musuh-musuh Allāh Subhanahu Wa Ta'ala. Musuh dari bangsa jin dan dari bangsa manusia.

8. Kemudian termasuk di antara faedah yang bisa kita ambil, faedah yang bisa kita ambil dalam ayat ini yang ke-8 adalah huruf و  .و athof (و penghubung yang bermakna ‘dan’) itu tidak melazimkan atau tidak berarti kejadiannya berurutan. Tidak berarti kejadian yang disampaikan itu berurutan. Kalau ada orang yang mengatakan,


جاء زيد و أمرا

Zaid dan Amr datang, belum tentu kedatangan Amr itu setelah kedatangan Zaid. Karena Amr disebutkan setelah Zaid. Belum tentu Amr-nya itu datangnya setelah Zaid. Karena dia hanya menjelaskan kejadian saja, tidak menjelaskan urutan kejadian itu.

Di dalam ayat ini Allāh Subhanahu Wa Ta'ala mendahulukan kantuk daripada hujannya. Allāh menjelaskan tentang kenikmatan rasa kantuk setelah itu baru menjelaskan kenikmatan diturunkannya hujan. Padahal kejadiannya di lapangan adalah turun hujan dahulu.

Sebagaimana dikatakan oleh Mujahid Rahimahullahu Ta'ala. Imam Mujahid mengatakan demikian, bahwa kejadian hujan itu lebih dahulu daripada kejadian adanya rasa kantuk yang terjadi di barisan kaum muslimin.

Tetapi di dalam ayat tersebut Allāh Subhanahu Wa Ta'ala lebih mendahulukan kejadian kantuknya daripada kejadian hujannya. Tapi dengan menggunakan و, huruf و yang artinya “dan.” Dan ini tidak menunjukkan bahwa kejadiannya berurutan.

Tapi kalau misalnya tidak ada dalil yang lain yang menunjukkan bahwa itu tidak berurutan, maka kita bisa menggunakan urutan redaksi di dalam Al-Qurān. Kita bisa menjadikan urutan redaksi di dalam Al-Qurān sebagai hujjah. Karena Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam mengatakan,

أبدأ بما بدأ الله به

Aku memulai dengan sesuatu yang dijadikan permulaan oleh Allāh Subhanahu Wa Ta'ala.

إِنَّ ٱلصَّفَا وَٱلْمَرْوَةَ مِن شَعَآئِرِ ٱللَّهِ ۖ

“Sesungguhnya Shafa dan Marwah itu termasuk syiar-syiar Allāh Subhanahu Wa Ta'ala.” [QS Al-Baqarah:158].

Makanya ketika Sa'i, kita ke Shafa dulu baru ke Marwah. Dan di Al-Qurān disebutkan dengan huruf athof.

9. Kemudian faedah yang terakhir yang bisa saya sampaikan dalam kesempatan kali ini adalah bahwa sebab akibat itu banyak dikehendaki oleh Allāh Subhanahu Wa Ta'ala.

Di dalam ayat ini Allāh Subhanahu Wa Ta'ala menjelaskan tentang bagaimana Allāh menolong kaum muslimin dengan adanya sebab akibat. Ada rasa ngantuk, ada hujan.

Dan disebutkan di situ, ngantuk itu untuk memulihkan tenaga mereka, untuk menenangkan hati mereka. Hujan, agar Allāh Subhanahu Wa Ta'ala bisa mensucikan mereka, agar Allāh Subhanahu Wa Ta'ala bisa menjadikan was-was syaitan hilang dari hati mereka, kemudian agar mereka bisa memantapkan langkah ketika perang.

Ada sebab-akibat ada hujan, kemudian ada akibatnya. Ada ngantuk kemudian ada akibatnya. Allāh selalu menginginkan demikian padahal sebenarnya Allāh mampu untuk memberikan ketenangan tanpa adanya kantuk.


Allāh Subhanahu Wa Ta'ala bisa memenangkan kaum muslimin tanpa sebab-sebab, tapi Allāh Subhanahu Wa Ta'ala tetap menghendaki adanya sebab-akibat dalam kehidupan ini. Makanya kita sebagai kaum muslimin, kita harus melakukan sebab ketika kita menginginkan akibatnya. Dan itu merupakan tuntunan dalam  syari'at Islam.

Kita ingin mendapatkan anak, maka kita harus melakukan sebabnya yaitu menikah.

Kita ingin punya harta, kita harus melakukan sebabnya yaitu berdagang atau bertani atau dengan mata pencaharian yang lainnya.

Kita ingin agar kita mendapatkan ilmu yang tinggi di dalam Islam maka kita harus melakukan sebabnya yaitu bersungguh-sungguh dalam menuntut ilmu agama.

Dan begitu seterusnya.

Kalau ditanya, mampukah Allāh Subhanahu Wa Ta'ala menjadikan orang langsung dalam keadaan pintar agama? Mampu. Tapi Allāh Subhanahu Wa Ta'ala tidak menghendaki demikian. Allāh menghendaki adanya sebab dan akibat di kehidupan dunia ini.

Demikian yang bisa saya sampaikan dalam kesempatan kali ini. Yang berkaitan dengan faedah-faedah atau pelajaran-pelajaran yang bisa kita dapatkan dari ayat yang kita baca tadi.

Mudah-mudahan apa yang saya sampaikan bermanfaat bagi kita semuanya. Mudah-mudahan Allāh berkahi ilmu kita dan mudah-mudahan Allāh Subhanahu Wa Ta'ala memberikan taufiq-Nya kepada kita untuk bisa mengamalkan ilmu ini dengan baik dan mudah. Dan juga bisa menyebarkannya kepada orang lain.


 آمين آمين يارب العالمين .
وصلى الله وسلم وبارك على نبينا محمد وعلى آله وصحبه ومن تبعهم بإحسان إلى يوم الدين . والحمد لله ربّ العالمين .

والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته

•┈┈┈•◈◉◉◈•┈┈┈•

Komentar