Adil dalam Berkata
Adil dalam Berkata atau Berucap
Bismillah.
Allah Subhanahuwata'ala berfirman dalam Al Quran:
وَاِذَا قُلْتُمْ فَاعْدِلُوْا وَلَوْ كَانَ ذَا قُرْبٰىۚ وَبِعَهْدِ اللّٰهِ اَوْفُوْاۗ
Al-An‘ām [6]:152
Artinya:
...dan apabila kamu berkata, hendaklah kamu berlaku adil kendatipun dia adalah kerabat(mu)... Al-An‘ām [6]:152
Ini adalah perintah untuk berlaku adil baik dalam perkataan maupun perbuatan, baik terhadap kerabat ataupun orang yang jauh.
Al Hanafi berkata, berlaku adil dalam perkataan terhadap kawan karib dan musuh tidak berubah dalam keadaan apapun, baik dalam kondisi senang ataupun marah. Bahkan dia harus berpihak kepada kebenaran meskipun terhadap kerabat tidak boleh cenderung kepada orang yang dikasihi dan kerabat saja.
Allah Subhanahu Wa Ta'ala Allah subhanahu wa ta'ala berfirman:
"Dan janganlah sekali-sekali kebencianmu terhadap suatu kaum mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa." Quran surat Al Maidah ayat 8.
Sumber:
Fathul Majid, Hal: 43
Abu Zaid:
Fenomena saat ini di jaman serba medsos, semua orang bisa melihat sesuatu dan berkomentar mendukung (pro) atau berseberangan alias kontra. Jika sesuatu yang dikomentari adalah dalam masalah muamalah atau dunia atau mubah maka mungkin tidak mengapa. Karena tepung terigu bisa diolah manusia menjadi roti atau bubur atau kue kering atau kue basah atau jadi lainnya. Manusia bebas berkreasi/berkomentar/berkata dalam hal yang mubah dan memang ada kemungkinan lain dalam sesuatu tersebut.
Namun akan menjadi polemik jika kita berkomentar tentang sesuatu yang berkaitan dengan syariat Islam atau ajaran Islam dan ternyata komentar kita berseberangan/kontra/menyelisihi dengan apa yang diinginkan Allah dalam firmanNya (AlQuran) dan tuntunan Nabi (Sunnah) dan pemahaman para Salafussholeh.
Maka dalam hal ini (hal agama Islam dan menyikapi AlQuran dan Sunnah dengan Pemahaman Salafussholeh), kita diajarkan agar tetap adil dalam berkomentar/berkata. Yakni tetap berkata yang baik atau diam meskipun pada saat itu kita sedang kontra (belum berilmu tentang ketiganya).
Sebab kenapa?
1. Sebab sudah menjadi kepastian bahwa Islam adalah agama pilihan dan di ridhoi Allah pencipta langit dan bumi, agama yang sempurna dari segala sisi dan rahmatan lil 'alamiin. Tidak sempurna Islam kecuali telah Allah wafatkan RasulNya yang terakhir dan mulia yaitu Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muthallib.
Sehingga kita semua manusia diwajibkan patuh dan tunduk dengan sepenuh hati kepada Islam yang murni sebagai agama dan sebagai pedoman hidup agar selamat dunia dan akhirat. Dan tentunya, tidak akan pernah tercapai kesempurnaan Islam sebagai pedoman hidup jika kita tidak tunduk dan patuh kepada perintah dan laranganNya sebagaimana yang telah Allah kabarkan di dalam AlQuran dan sebagaimana yang diajarkan/dituntunkan RasulNya (Sunnah) dan sebagaimana yang telah difahami Sahabat/Salafussholeh.
Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « وَقَدْ تَرَكْتُ فِيكُمْ مَا لَنْ تَضِلُّوا بَعْدَهُ إِنِ اعْتَصَمْتُمْ بِهِ كِتَابَ اللَّهِ وَسُنَة نَبِيهِ » [أخرجه مسلم والحاكم]قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « إني قد تَرَكْتُ فِيكُمْ شَيْئَيْنِ لَنْ تَضِلُّوا بَعْدَهُمَا : كِتَابَ اللَّهِ وَسُنَّتِي » [أخرجه الحاكم ]
2. Sebab jika kita masih kontra, masih ada kemungkinan taufiq dan hidayah Allah menghampiri kita dengan ijin Allah ketika suatu saat kita benar benar dan jujur dan berdoa ingin mencari kebenaran dan menjadi orang yang bertakwa. Itulah faedahnya kita harus tetap berkata atau berkomentar yang baik atau diam agar kesempatan bertaubat lebih besar. Agar qolbu kita tidak rusak dan hitam ketika kita paksakan mencela dan memusuhi wali wali Allah. Siapa wali wali Allah? Mereka lah orang orang yang bertakwa yakni orang orang patuh dan tunduk kepada perintah dan larangan Allah. Mereka dalam beragama mencukupkan atau ittiba' kepada sunnah NabiNya dan tidak remeh dan juga tidak berlebihan.
Perhatikanlah kesudahan orang orang yang ittiba' kepada Sunnah Rasul dan kesudahan orang orang yang tidak ittiba' Rasul di muka Bumi ini dari semenjak dahulu sampai sekarang.
Maka tetaplah berkata atau berkomentar baik atau diam, kapanpun dan dalam kondisi apapun agar taufiq dan hidayah Allah yakni hidayah jalan yang lurus dan selamat segera menghampiri kita. Ilmu yang bermanfaat segera Allah anugerahkan kepada kita dan menjauhkan ilmu yang tidak bermanfaat dari kita.
3. Sebab Iblis dan bala tentaranya yakni syaithan dari kalangan Jin dan Manusia terus dan tidak henti hentinya mengobarkan permusuhan sesama manusia dengan sebab komentar komentar yang telah kita lontarkan.
Syaitan terus mengobarkan permusahan agar kita tidak mendapat taufiq dan hidayah Allah dengan sebab kita tidak melawannya dengan berkata baik atau diam ketika kita sedang kontra dengan sesuatu yang datang dari Allah dan Rasulnya dan Salafussholeh.
Sudah menjadi kemakluman bahwa kita akan mencintai seseorang yang mirip dengan kita. Tidak dipungkiri!
Maka oleh sebab itu, timbanglah seseorang itu atau diri kita dengan AlQuran dan Sunnah dan Pemahaman Salafussholeh dan jangan terperdaya oleh orang yang menyelisihinya.
Jika setelah ditimbang ternyata kita berseberangan atau bertolak belakang maka usahakan dengan sekuat tenaga agar tidak berkomentar tidak baik atau mencela. Karena yang akan kita cela adalah justru taufiq dan hidayah Allah itu sendiri yakni AlQuran dan Sunnah dengan Pemahaman Salafussholeh.
Aljazaa min jinsil amal.
Bahwa balasan bergantung amal perbuatan kita.
Semakin kita bisa menahan diri untuk tidak mencela atau berkomentar buruk kepada Allah dan RasulNya dan Salafussholeh dan orang orang yang mengikuti/mendakwahkan ketiganya dengan baik maka Insya Allah Allah akan berikan taufiq dan hidayah jalan yang lurus dan benar kepada kita.
Percayalah.
Bahwa Allah melihat kemauan dan keinginan dan ahlak kita setiap saat.
Maka yang terbaik adslah tetap berkata baik atau diam saja. Gak usah ikut ikutan orang lain yang mencela AlQuran dan Sunnah dengan Pemahaman Salafussholeh tanpa ilmu.
Demikian Allahu'alam.
Barokalloohufiikum.
Komentar
Posting Komentar